AR dan VR Masuk Sekolah: Saatnya Belajar Jadi Petualangan

Gambar dari Freepik.com

“Hari ini, kita nggak cuma belajar tentang tata surya. Tapi, kita akan benar-benar mengunjunginya!”

Kalimat itu diucapkan seorang guru sebelum murid-muridnya memakai headset Virtual Reality (VR) di kelas. Begitu headset terpasang, ruang kelas berubah jadi luar angkasa. Planet-planet mengelilingi mereka, dan bintang-bintang bersinar lebih terang dari layar mana pun.

Selamat datang di dunia belajar masa kini, di mana teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) mulai mengubah cara kita mengajar dan belajar. Bukan lagi cuma pelengkap visual, sekarang mereka jadi jembatan antara teori di buku dan pengalaman langsung. Dan kabar baiknya, teknologi ini sudah masuk ke sekolah-sekolah di Indonesia.

Belajar Zaman Sekarang

Kita semua tahu betapa membosankannya belajar zaman dulu. Seperti hanya duduk diam, mendengarkan guru bicara, mencatat, lalu menghafal. Sekarang? Belajar bisa seperti jalan-jalan, bermain, atau bahkan menyelam ke dalam tubuh manusia.

Dengan AR, murid bisa melihat model 3D organ tubuh atau bangunan bersejarah hanya dengan mengarahkan kamera ponsel ke buku pelajaran. Dengan VR, mereka bisa “pergi” ke tempat-tempat yang mustahil dijangkau dalam dunia nyata, seperti menjelajahi laut dalam, naik ke permukaan Mars, atau menyaksikan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan dari sudut pandang orang pertama.

Jadi, Apa yang Dapat Dipelajari dari AR dan VR?

Ternyata bukan cuma soal teknologi keren. Ada banyak hal yang justru jadi lebih bermakna dan mudah dipahami lewat cara belajar ini:

1. Belajar Lewat Pengalaman

Anak-anak tidak hanya mengetahui, tapi juga merasakan. Misalnya, saat mereka mengikuti simulasi kehidupan pengungsi lewat VR, mereka bisa lebih paham arti kehilangan dan rasa takut. Hal-hal yang tidak bisa diajarkan lewat buku.

2. Membantu Pahami Hal-Hal yang Sulit

Teori gravitasi, struktur atom, atau sistem organ tubuh bisa jadi bikin pusing kalau cuma dibaca. Tapi lewat visualisasi interaktif, semua itu jadi lebih masuk akal dan menyenangkan.

3. Murid Jadi Aktor Utama dalam Belajar

Mereka tidak hanya duduk mendengarkan. Mereka eksplorasi, bereksperimen, dan aktif mencari tahu. Belajar jadi proses yang dinamis, bukan pasif.

4. Latihan Keterampilan Tanpa Risiko

Di SMK misalnya, siswa bisa latihan servis kendaraan atau operasi medis tanpa perlu alat mahal atau risiko nyata. Aman, hemat, dan bisa diulang kapan saja.

Sekolah di Indonesia Sudah Mulai Bergerak

Di Indonesia, sejumlah sekolah sudah mulai mengadopsi teknologi AR dan VR ke dalam proses belajar-mengajar. Di Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung, beberapa sekolah telah memanfaatkannya untuk berbagai kebutuhan. Di tingkat SMP misalnya, ada yang menggunakan laboratorium VR untuk melakukan simulasi eksperimen sains. Di jenjang SD, teknologi AR diterapkan melalui buku pintar yang menyajikan pelajaran secara interaktif dan menyenangkan. Sementara itu, di SMA, pembelajaran sejarah mulai dikemas dalam bentuk projek berbasis VR, di mana siswa bisa mengalami langsung suasana masa lalu lewat simulasi visual. Menariknya, kini sudah banyak perangkat berbasis smartphone dengan harga terjangkau yang bisa digunakan bersama headset sederhana dari kardus, seperti Google Cardboard, sehingga teknologi ini semakin mudah diakses oleh lebih banyak sekolah.

Namun tentu saja, penerapan teknologi ini tidak lepas dari tantangan. Masih banyak sekolah yang belum memiliki koneksi internet yang stabil atau perangkat pendukung yang memadai. Selain itu, banyak guru juga membutuhkan pelatihan agar mampu memanfaatkan teknologi ini secara optimal. Di beberapa daerah terpencil, keterbatasan infrastruktur dasar seperti listrik bahkan masih menjadi kendala utama. Meski begitu, justru di titik inilah terbuka peluang besar bagi kolaborasi antara sekolah, pemerintah, pengembang teknologi, hingga masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi kreatif dan terjangkau agar transformasi digital dalam pendidikan bisa dirasakan secara merata.

Masa Depan Baru Saja Dimulai

AR dan VR bukan pengganti guru, tapi teman belajar yang memperkaya pengalaman. Bagi generasi yang lahir dan tumbuh bersama teknologi, pendekatan ini terasa lebih alami dan relevan. Mungkin nanti, ketika kita bertanya kepada anak, “Hari ini belajar apa?”, jawabannya bukan lagi, “Pelajaran IPA.” Tapi bisa jadi:

“Hari ini aku menyelam ke dasar laut, bedah jantung manusia, dan berjalan di permukaan Mars.”

Karena ya, belajar sekarang sudah jadi petualangan.

8 thoughts on “AR dan VR Masuk Sekolah: Saatnya Belajar Jadi Petualangan”

  1. Setuju banget sama artikel ini. Dunia pendidikan emang harus mengikuti perkembangan zaman, mayoritas penduduk indonesia udh punya android, bahkan anak kecil pun sdh punya android. Jadi untuk guru” Abad 21 untuk mengupgrade model pembelajaran menjadi lebih menyenangkan biar peserta didik juga bisa belajar dengan bahagia

  2. I really amazed with your blog, it contains a useful knowledge. I look foward to your next post. Keep going

  3. Belajar menjadi sangat menyenangkan jika menggunakan AR dan VR, rasanya sekolah seperti berpetualang dan menyelam untuk mencari ilmu baru.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *