
Ceritanya dimulai saat semester 5. Awalnya, aku kira tugas akhir mata kuliah Manajemen Sistem Informasi (MSI) ini bakal sama seperti tugas-tugas sebelumnya—bikin laporan individu, analisis sistem, dan selesai. Tapi ternyata, dosen kami memberikan tantangan yang lumayan struggle bikinnya, yaitu membuat rancangan sistem lengkap, mulai dari kebutuhan pengguna, perancangan interface, sampai pembuatan website-nya. Dan awalnya, tugas ini direncanakan dikerjakan secara individu.
Jujur, pas pertama kali baca modul tugasnya, aku sempat bengong. Harus bikin Software Requirement Specification (SRS), System Design Specification (SDS), mockup Figma, lalu implementasi di GitHub? Rasanya berat banget kalau dikerjakan sendirian, apalagi waktu itu lagi ada tugas dari matkul lain juga. Ternyata bukan cuma aku yang merasa begitu—banyak teman-teman juga mulai merasa panik. Untungnya, dosennya cepat tanggap dan akhirnya mengizinkan tugas ini dikerjakan secara berkelompok.
Dari situ, lahirlah Catbug.
Catbug adalah ide sederhana yang berkembang jadi proyek kelompok kami. Konsepnya adalah platform edukasi pemrograman yang punya fitur mentor, sertifikasi, dan sistem pembelajaran bertahap. Nggak cuma sekadar platform belajar biasa, kami pengen bikin Catbug ini terasa dekat buat pelajar Indonesia, terutama yang baru mulai belajar koding. Aku kebagian peran di beberapa bagian penting. Mulai dari mendesain prototipe di Figma, menyusun dokumen SDS, SRS, dan menggambarkan alur sistem menggunakan UML Diagram.
Prosesnya nggak selalu mulus. Kami sempat bingung waktu nyusun UML diagram buat capstone-nya—gimana cara menggambarkan alur sistem dari login user sampai proses mentoring? Tapi justru dari situ aku jadi banyak belajar soal gimana cara menganalisis kebutuhan sistem, dan gimana semua fitur itu harus saling terhubung secara logis.
Selain itu, kami juga membuat desain antarmuka menggunakan Figma. Proses ini mungkin yang paling menyenangkan, karena kami bisa menuangkan ide visual dari Catbug. Aku kebagian mendesain halaman onboarding, login, hingga dashboard user. Kami diskusi soal warna, tata letak, dan kemudahan pengguna. Rasanya kayak bikin aplikasi beneran!
Waktu akhirnya semua dokumen selesai—SRS, SDS, laporan pengujian, sampai presentasi video—rasanya lega banget. Nggak cuma karena tugasnya akhirnya kelar, tapi karena aku merasa benar-benar terlibat dalam proses pengembangan sistem dari nol. Dari brainstorming ide sampai tahap akhir presentasi.

Sekarang, tiap lihat halaman GitHub atau mockup Catbug, rasanya kayak lihat hasil kerja keras yang nggak sia-sia. Proyek ini ngajarin aku banyak hal, terutama soal kerja tim, manajemen waktu, dan pentingnya dokumentasi dalam dunia pengembangan perangkat lunak.
Meskipun Catbug baru sebatas proyek kampus, tapi aku senang karena lewat proyek ini aku belajar bagaimana sebuah ide bisa diwujudkan menjadi sistem nyata—yang mungkin suatu hari bisa dikembangkan lebih jauh.